ERAT

ERAT


Berjarak beberapa kilometer antara rumahku dan sahabat baikku. Kami bertemu di sekolah menengah atas dan ternyata kami cocok; sama-sama gila (ups) maksudku memiliki impian gila yang sama. Perkenalkan, aku Ara. Seorang anak perempuan biasa aja yang hidup di kota sederhana. Pertemuanku dengan sahabatku, Arin membuatku sadar bahwa perlu perjuangan menjalani hidup ini. Setidaknya untuk merdeka bagi diri sendiri.

Singkat kata, kami hari itu akan pergi ke perpustakaan kota. Melewati jalan besar yang sepanjang mata memandang tidak ramai, cukup lenggang dan menenangkan.  Sesampainya di lokasi tujuan kami duduk di gasebo sejenak dan melihat awan bergerak. Penyuka pelajaran geografi, sedang berproses hijrah dan memiliki impian gila yang sama ; mendirikan Sekolah Ibu di kota kami dan ingin menjadi ibu rumah tangga. Cukup gila karena di tempat tinggal kami sekolah tinggi adalah untuk bekerja. Terlebih kami akan kuliah dan merantau ke kota sebelah.

Kami memandang langit sambil mengingat perjuangan saat SMA dulu hingga memilih kuliah untuk melanjutkan pendidikan. Arin diterima di jurusan Keperawatan di kota ini. Sedangkan aku harus merantau karena diterima di jurusan Sastra Inggris kota sebelah. Hari itu kami berjanji akan saling mengabari dan menguatkan satu sama lain. Mendoakan dalam jarak dan berjuang untuk meraih ridhaNya. Namun mereka belum tau apa yang akan dihadapi keduanya ketika telah kuliah. Banyak hal baru dan ujian keistiqomahan yang sudah menanti mereka berdua.

Mereka pun memutuskan masuk perpustakaan dan sejak hari itu mereka tau akan jarang bertemu. Membiarkan segala skenarioNya menuntun mereka mencapai jalan meraih ridhaNya. Berpasrah namun tak pernah berhenti mencoba karena Allah menilai dari niat dan usahaNya.

Bismillah..
Bekal itulah yang dibawa Ara dan Arin memulai kehidupannya menuntut ilmu di ranah dan tempat masing-masing. Mereka berdua pun jarang bertemu karena Ara hanya pulang sekali dalam satu semester. Tapi mereka masih bisa bertemu secara online di media sosial.

Hari berlalu dan berganti bulan. Bulan menutup dan membuka dirinya yang baru menjadi tahun. Lika - liku tingkat awal mereka lalui dengan cukup baik. Mereka berdua mampu bertahan dan meredam rindu untuk saling bertemu serta dikuatkan dengan doa pada Rabnya.

Sebelum memasuki minggu terakhir UAS, Ara baru saja selesai mengikuti diklat organisasi barunya. Tempat dia bertumbuh. Ara memilih kegiatan sosial dengan fokus pada anak-anak. Diklat itu cukup menguras pikiran dan tenaganya serta imannya. Cukup banyak berkumpul dengan banyak orang, dihadapkan dengan dunia baru, dan kebudayaan organisasi baru, lebih bebas walau tetap baik tujuannya. Namun sedikit meresahkannya.  Saat itu dia pendam dan dia hanya bisa bertumpu pada Tuhannya.
"Ya Allah kuatkan aku, sedikit lagi selesai, masih ada UAS. Dekaplah aku, cukup engkau."

Sementara itu Arin sudah selesai UAS dan sudah memasuki liburan semesternya. Dia masih saja sama disibukkan dengan kegiatan Remus (Remaja Musholla) di lingkungannya. Di kampus dia hanya fokus kuliah dan belum memutuskan ingin mendaftar kegiatan kampusnya. Tapi dia punya teman baru, baik dan cerdas. Beda kota, ramah, santai dan terbuka. Arin bertemu sahabat barunya.

Ara menikmati segala perannya. Menjadi seorang anak, mahasiswa, anggota sebuah organisasi dan tentunya sebagai hambaNya. Sulit sekali menemukan ketenangan di perantauannya. Sahabat yang dulu dekat kini pun perlahan menjauh. Bahkan saat liburan semester pun mereka tak bertemu.

Adalah candu ketika rindu, dan obatnya bertemu. Setidaknya menemukan kedamaian tapi tidak saat itu. Biasa saja, terutama terkait kedekatannya dengan sahabat lamanya, Arin. Dia khawatir apakah proses hijrahnya terganggu? Bukankah sudah berjanji akan bersahabat selamanya? Setelah pesan Whatsapp terakhir dikirimkan, Ara hanya mendoakan. Itulah ungkapan cintanya pada sahabat terbaiknya.

Sementara itu, Arin sedang asyik mengobrol dengan sahabat barunya. Dia lupa akan Ara. Nomor whatsapp berubah dan tak saling memberi kabar. Arin nampaknya mulai melupakan impian besarnya dulu. Kembali berbaur menjadi sama dengan sekitar dan lebih percaya pada manusia.

Ara kini sadar bahwa mencintai sahabat berlebihan itu tak baik. Berharap pada manusia pasti berujung lara. Sebaik apa pun nasihat yang diberikan atau perilaku ditunjukkan. Hanya doa yang mampu mendamaikan. Sedangkan Arin sedang diuji kesetiaan dan keteguhan hatinya serta menjadi muslimah yang bersikap sesuai aturanNya atau malah larut agar mampu diterima manusia?

Cinta itu banyak definisinya dan banyak efeknya. Mencintai sahabat bisa jadi salah satunya. Saling mengingatkan adalah bentuk cinta kita, apabila setelah diingatkan tidak berubah maka tugas sudah selesai? Ya. Selebihnya urusan dia dengan Rabbnya. Gantungkan hanya padaNya, maka pertolonganNya sungguh dekat.

Komentar

Postingan Populer