Titik Temu (2)

"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."

(Umar bin Khattab)


______________________

Tulisan ini adalah lanjutan kedua dari kisah Titik Temu (pernikahan saya dan suami). Titik temu sengaja kami pilih waktu itu karena ingin nama yang berbeda dalam menyikapi adanya pernikahan. Setelah sepakat sebulan usai khitbah kami menikah, maka persiapan pun dimulai. Pernikahan ini tidak memiliki syarat apa pun yang memberatkan kami, suami saat itu tidak mengajukan syarat ke saya. Namun saya mengajukan dua syarat yaitu saya ingin dinikahi atas dasar sama-sama mencari ridho Allah, saya ingin dicintai karena dasar ketaqwaan pada Allah dan saya tidak ingin di poligami jika saya masih hidup. Poligami boleh dalam Islam, saya pun gak menentang dan saya ingin agar tidak ada hal tersebut di pernikahan kami. Kami pun sepakat, tidak berlama-lama dan bermudah-mudahan dalam bercakap.


Hal tersebut membuat saya semakin mantap melangkah seiring dengan restu kedua orang kami yang telah kami miliki. Lalu kami pun mulai menyiapkan pernikahan, mulai dari administrasi, dan juga persiapan lain. Saya berpikir seusai menikah saya akan ikut suami dan akan sangat jarang ketemu sahabat saya. Bagaimana jika saya ikut melibatkan mereka dalam pernikahan ini?


Saya menyampaikan konsep tersebut ke calon suami saat itu. Dia setuju dan saya juga menyampaikan ke kedua orang tua saya, karena orang tua saya sudah kenal sahabat-sahabat saya, beliau langsung menyetujui juga. Alhamdulillah..


Singkat cerita, saya telah menghubungi semua sahabat dekat saya yang memungkinkan untuk membantu saya. Mereka antusias dan juga sedikit kaget dengan berita ini, besoknya kami langsung rapat dan membuat grup WhatsApp termasuk calon suami juga ada di grup tersebut. Konsep yang kami inginkan sederhana saja, akad nikah di masjid dan walimah sederhana di rumah dengan mengundang saudara, tetangga dan sahabat dekat. Satu hal lagi; tidak ada kotak amplop maupun meja tamu. Semua yang datang seperti saat kita main ke rumah teman, bertemu, ngobrol dan bersantap sambil beramah tamah saja. Bedanya undangan ini karena kami menikah.


Kami pun mulai membagi tugas, pertama mulai memilih ketua panitia yaitu Riska dan LO perantara ta'aruf kami (Mas Amar dan Mbak Putri), lalu membagi dalam sie tertentu. Ada sahabat saya, Anin yang membantu saya dapat menyiapkan gaun pernikahan, make up dan perintilan lainnya yang sangat penting dalam pernikahan. Ada sahabat saya sejak SD, yaitu Fatah Amanati (sering kali mengira dia adalah cowok padahal dia cewek), dia menghandle terkait undangan website dan menghandle live Instagram acara kami. Kemudian ada Rio dan Yepri, teman saya sejak SMA di bagian logistik dan mengarahkan tamu ikhwan ke tempat duduk, maupun bertugas dalam segala hal untuk mendampingi tamu ikhwan lainnya. Lalu ada Dek Rendra dan Dek Ghozi sebagai tim fotografer kami, masyaAllah semoga Allah membalas segala kebaikan dan kesediaan teman-teman ya ☺️


Tidak ada bridesmaids, tidak ada baju seragaman, tidak formal, dan kami benar-benar meminta bantuan mereka atas dasar pertemanan. Sekaligus saya juga pamit karena setelah menikah akan jarang silaturahmi secara langsung dan pulang ke kota asal saya. Saya sangat bersyukur diberikan nikmat tersebut, mereka dengan senang hati membantu dan menyukseskan acara. Lalu bagaimana dengan konsumsi, hal tersebut Mama saya yang menghandle. Mengutamakan konsep kekeluargaan dengan meminta bantuan budhe, dan sepupu perempuan saya dalam membantu menyiapkan selain juga ada teman-teman kader Mama saya yang siap sedia membantu.


Perlengkapan catering dan tenda depan rumah, kami sewa ke tetangga yang menawarkan jasa sewa perlengkapan pernikahan termasuk kursi tamu. Dekorasi photo booth dan buket bunga (bonus), menggunakan jasa dari kakak kelas yang memiliki jasa florist bunga segar. Kami memilih menggunakan dekorasi tanaman hidup agar lebih segar dan dapat diambil oleh siapa pun yang menginginkannya usai acara. Terlebih di rumah saya, Mama suka dengan tanaman jadi konsep menggunakan bunga dan tanaman hidup cocok untuk pernikahan kami. Bedanya tinggal diberi tambahan dekorasi bunga segar saja. Bunga segar tersebut juga merupakan 'souvenir' tambahan yang kami berikan untuk tamu maupun keluarga. Alhamdulillah semua sesuai budget dan tidak memberatkan siapa pun.




Mengapa tidak memakai jasa WO? Ini momen sekali seumur hidup, sayang sekali tidak dirayakan di gedung...

Sayang... anak pertama dan perempuan satu-satunya gak dibesarkan acaranya...

(Beberapa tetangga terdengar membisikan hal tersebut)


Karena itu keinginan saya dan calon suami. Ingin menikah dengan kesederhanaan dan melibatkan orang-orang yang berarti di hidup kami. Tidak ingin memberatkan orang tua, maupun memiliki hutang usai menikah. Tidak ada meja tamu dan kotak amplop juga, harapannya mereka datang agar mempererat silaturahmi dan tentunya saling mendoakan yang terbaik. Namun ada juga yang memberikan hadiahnya pada kami, kami pun tidak menolak semua itu kami anggap ungkapan syukur dan kebahagiaan mereka atas Titik Temu ini. Sekali lagi konsep menikah tiap orang tentunya berbeda, mau ambil yang mana pun silahkan saja. Kami bersyukur hari itu dapat berjalan lancar, cuaca cerah dan menyenangkan.


Hal yang terjadi di hari H tentu saja ada yang tidak dapat diduga :

1. MUA saya telat sehingga saya telat ke akad nikah di masjid, sehingga rundown juga tidak sesuai. Beliau telat karena alasan syar'i yaitu kerabat dekatnya meninggal jadi harus menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Karena mendadak, jadi beliau mengirim asistennya untuk hadir. Alhamdulillah semua dapat diatasi dan berjalan lancar. Tidak ada yang salah disini, semua sudah terjadi dan qadarullah telah ditetapkan seperti ini.

2. Adanya tempat duduk di photo booth, awalnya tidak tersedia karena kami ingin berbaur namun dengan adanya tamu yang datang silih berganti tidak semua bisa kami ajak ngobrol. Akhirnya untuk memudahkan, kami stand by di photo booth agar memudahkan bertemu maupun mengabadikan momen saat itu.

3. Adanya tamu yang di undang secara online hadir, wah masyaAllah tidak terduga. Kami sengaja membuat dua undangan dengan perihal : (a) undangan hadir di tempat, (b) undangan hadir di live Instagram. Terutama untuk teman-teman dan kerabat yang jauh, jadi bisa ikut menyaksikan momen akad nikah kami secara virtual. Namun ternyata ada yang hadir langsung, MasyaAllah kami sangat senang.


Titik Temu ini adalah sebuah momen yang terwujud bukan atas dasar kerja keras kami, namun atas dasar kehendakNya, Allah memberikan kemudahan dalam kelapangan banyaknya orang-orang yang membantu mewujudkan. Konsep kesederhanaan dan kekeluargaan dapat terwujud, karena mereka juga ikut andil dalam hati dan fisik dalam mewujudkan hal ini terjadi. MasyaAllah tabarokallah, Maha Baik Allah dengan segala rencanaNya.


Terima kasih untuk para tamu undangan yang telah hadir dan memberikan bentuk rasa bahagianya pada kami, baik berupa kado ataupun amplop, kehadiran dan doa kalian lebih utama kami nantikan. Semoga Allah balas kebaikannya dan senantiasa diberkahi kehidupannya, aamiin allahumma aamiin


Terima kasih untuk para pembaca sudah membaca sampai titik ini, semoga ada ibrah yang bisa diambil dan didapatkan. Tulisan ketiga dan penutup akan ada setelah tulisan ini, insyaAllah...

_____________________________

Komentar

Postingan Populer